Oleh Rifki Arsilan
Alumni Fakultas Ushuluddin & Filsafat UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Alumni Fakultas Ushuluddin & Filsafat UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Penjajahan panjang yang telah dilakukan oleh kolonial asing telah menjadi latar belakang bagi pemuda bangsa kita harus berdiri sendiri “merdeka”. 20 Mei 1908 berdirinya organisasi Budi Utomo diyakini sebagai cikal-bakal organisasi pergerakan nasional pemuda yang cukup berpengaruh di mata Pemerintahan Hindia-Belanda ketika itu, organisasi yang dimotori oleh sejumlah mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) seperti Dr.Soetomo, Cipto Mangunkusumo, dan R.T. Ario Tirtokusumo tersebut didirikan bertujuan untuk membangun kesadaran serta pengetahuan masyarakat pribumi tentang pentingnya memajukan pendidikan, sosial, ekonomi dan politik untuk kemajuan bangsa. Sehingga momen berdirinya organisasi Budi Utomo tersebut diperingati setiap tahun sebagai Hari Kebangkitan Nasional (HARKITNAS).
Peranan pemuda dalam upaya membangun bangsa masih berlanjut pada tanggal 28 Oktober 1928, upaya pemuda kali ini bertujuan untuk persatuan masyarakat Indonesia yang terdiri dari beragam suku bangsa, M. Yamin melalui organisasi Pergerakan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) telah merumuskan teks persatuan pemuda yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Moment Sumpah Pemuda yang beberapa hari lalu menjadi peringatan kita tersebut telah berhasil memberikan ruh persatuan dan kebangsaan bangsa Indonesia.
Peristiwa bersejarah pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta juga melibatkan peran cerdas segelintir pemuda. Peristiwa Rengas Dengklok, berawal pada “penculikan” Ir. Soekarno yang dilakukan Soekarni, Wikana,dan Chaerul Tanjung (Komunitas Menteng 31) tersebut telah berhasil membawa Indonesia “merdeka” de jure. Pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia tersebut sontrak saja mengagetkan kolonial asing yang masih menancapkan kaki-kaki nya di republik ini.
Begitu juga yang terjadi pada masa orde baru, pemuda yang dimotori oleh gerakan mahasiswa telah mengotaki pelengseran rezim orde baru yang dikenal otoriter, tepatnya pada tanggal 21 Mei 1998 presiden Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun lamanya berhasil diturunkan paksa oleh gerakan mahasiswa yang bergerak dilatar belakangi oleh kondisi krisis ekonomi ketika itu.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pemuda memiliki andil dalam proses perjalanan panjang bangsa kita. Semangat persatuan, semangat untuk bebas dari keterjajahan asing, serta semangat kebangsaan merupakan embrio yang dimiliki pemuda untuk membangun bangsa dari ketepurukan. Namun kondisi bangsa saat ini tampaknya kembali membutuhkan perhatian pemuda, mengingat saat ini telah terjadi krisis nilai-nilai kebangsaan, maraknya kasus korupsi berjamaah yang melibatkan pejabat negara mulai dari legislatif, yudikatif, hingga eksekutif tampaknya telah keluar jauh dari esensi tujuan berdirinya suatu bangsa.
Pemuda harus kembali mengambil peran dalam membawa arah bangsa ini kembali ke rel nya, budaya korupsi yang saat ini telah mengakar harus segera dihentikan!. Bangsa ini membutuhkan pemuda yang sadar akan bahaya laten korupsi yang telah mengikis nilai-nilai kebangsaan tersebut. Oleh karena itu pemuda harus menjadi pelopor pergerakan melawan budaya korupsi saat ini, karena pemuda lah yang memiliki masa depan maka akan menjadi sangat penting kalau pemuda memahami dan memiliki kesadaran bahwa budaya korupsi akan membawa bangsa kita ke dalam keterpurukan. (*)
0 komentar:
Post a Comment