Menulis Memunculkan Gagasan

Usaha untuk menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan memang dengan menulis. Karena tulisan penyampaian simbol-simbol, yang makna dan aturan pemakaiannya telah disepakati serta mengandung makna tertentu. Dikatakan sudah disepakati karena didalam menulis telah ada aturan-aturan yang harus ditempuh dan hal itu dianggap baku. Ketika menulis, gagasan yang ada dibenak kita di transfer ke dalam simbol-simbol tersebut sehingga menghasilkan tulisan.
Seseorang yang rajin menulis memiliki imajinasi yang terasa. Sebab, ia sudah terlatih dalam mengeksploitasi alam pikirannya ke bentuk tulisan. Ibarat sekolah, kita di didik untuk belajar pelajaran di sekolah. Selama proses belajar, biasanya kita akan diberikan kesempatan mendengarkan, menyimak, membaca dan menulis mata pelajaran. Dari situ, selanjutnya kita mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru yang mengajar maupun mata pelajaran tersebut.
Jika bermalas-malasan, menganggap remeh sesuatu yang di pelajari, maka kita tidak akan mendapatkan pengetahuan. Kita menjadi pandai, karena ada rasa ingin memiliki kepandaian. Kita menyukai yang dipelajari, akan lebih memperoleh safa’atnya ketimbang yang tidak disukai. Begitu sebenarnya pengetahuan itu didapat.
Demikian pula halnya dengan menulis. Karena telah terlatih, di tahap selanjutnya orang yang gemar menulis akan makin canggih mentransfer gagasannya ke dalam bentuk simbol-simbol. Makin canggih, artinya semakin mudah, efisien, cepat dan akurat. Pola pikirnya bergerak aktif mengeluarkan gagasan.
Setiap orang yang dapat membaca sudah dipastikan bisa menulis. Namun orang yang jarang membuat karangan dengan yang terbiasa menulis memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut bukan dalam konteks kerapian atau banyak tidaknya kesalahan dalam tulisan, akan tetapi lebih kepada pengembangan dan kelugasan bahasa yang dimilikinya.
Orang yang seyogyanya telah terbiasa menulis, dapat mengontrol distribusi gagasan menurut jumlah kata atau kalimat yang dipakai. Bila ia diminta membuat tulisan pendek, semua gagasan bisa dituangkannya secara efektif dan efesien. Manakala dia diminta membuat tulisan panjang, kesenjangan bobot makna antara satu kalimat dan paragraf dengan lainnya relatif sama. Cara kerjanya lebih terkontrol. Artinya, si penulis mampu membedakan bentuk tulisan serta menjabarkannya sesuai porsi penulisan.  
Berbeda dengan penulis pemula umumnya. Pola penulisannya tentu saja masih belum sempurna. Mereka cenderung menulis tidak efektif dan efesien. Dalam menuangkan gagasannya masih terbatas. Jika diminta membuat tulisan yang panjang, ia justru akan membuat kalimat padat tak bermakna. Parahnya lagi, terkadang kalimat-kalimatnya lebih banyak tidak beraturan. Bahkan kata-katanya banyak diulang-ulang. Sungguh tidak enak membacanya.
Suatu ketika ada seorang yang baru mulai belajar membuat tulisan. Dengan imajinasinya ia menulis. Apa yang ada dibenaknya tercurah ditulisannya. Kata-kata dirangkainya menjadi kalimat hingga berbentuk paragraf. Tapi, setelah dilihat tulisannya tak lebih dari tulisan panjang yang kata-katanya berulang-ulang dan isinya juga tidak mengandung banyak makna. Penguraiannya terlalu sempit.
Misal lainnya, ada salah satu pencari berita pemula yang meliput suatu kegiatan seorang kepala daerah. Pada saat itu, ia hadir dan mencatat apa yang dibacakan kepala daerah ketika memberikan kata sambutannya. Sambil menulis, sesekali dia menyimak sambutan. Ada beberapa ucapan si kepala daerah yang dicatat. Pikirnya, itu cukup sebagai bahan membuat berita.
Seusai acara tersebut, ternyata di notebook-nya hanya tertulis beberapa kalimat, pendek sekali. Sehingga ketika menulis berita, dia mentok kehabisan bahan tulisan. Mau bertanya ke siapa? Tanya ke kepala daerah itu lagi sudah tidak mungkin. Akibatnya, tulisan yang dibuatnya padat tidak bermakna dan apa adanya. Tak layak muat.  
Dalam kaitan ini, dengan menulis, Anda diajak untuk berpikir lebih runtut dan bersikap logis menyampaikan gagasan-gagasan ke dalam karya tulis. Penulisan yang berbobot memiliki krateria tidak hanya singkat, padat dan berisi tetapi juga mampu mengajak pembaca memahami isi tulisan serta manfaatnya. 
Kalau mau jujur, orang memang bisa membuat tulisan yang kata-kata maupun kalimatnya terbolak-balik tidak karuan, kata yang ditulisnya tidak seide dengan kata-kata lainnya, bahkan tak sesuai dengan kalimat satu dengan lainnya, tetapi tulisan tersebut tidak akan laku dibaca. Membaca satu dua paragraf saja orang lain sudah dibuat pusing. Baru membaca sepatah dua patah kata, pembacanya sudah enggan untuk meneruskannya. Bukannya menambah pengetahuan, tapi malah merusak wawasan!
Berbeda dengan orang yang sudah terbiasa menulis. Ia akan mampu menuangkan gagasannya secara lebih teratur. Sehingga tulisannya akan enak dibaca dan mudah dicernah. Pembaca akan tertarik dan dapat berlama-lama membaca tulisan tersebut. Apalagi yang dibacanya memang tulisan yang dibutuhkannya.
Pernah salah seorang pembaca membaca sebuah surat kabar yang judul-judul beritanya lumayan menarik. Isinya, berita politik, kriminal dan kasus-kasus tertentu. Menariknya lagi, surat kabar itu mengungkap dugaan korupsi dan penyelewengan oknum-oknum. Tapi, tulisan berita tersebut justru tidak diimbangi dengan penulisan yang benar. Kata-kata dan kalimatnya justru membuat pusing si pembacanya. Tanpa dibaca semua, surat kabar itu langsung ditaruhnya dan tidak pernah lagi untuk dibacanya. Hanya tertumpuk dibawah meja tamunya.
Ini artinya, kematangan dalam menulis harus pula diimbangi dengan pemahaman berbahasa serta kaitannya dengan merangkai kata-kata hingga menarik untuk dibaca. Orang yang memang berprofesi di dunia tulis menulis pun, boleh jadi dia seorang wartawan, kalau memang tidak didukung dengan sumber daya dan pengetahuannya di bidang jurnalistik akan sia-sia dan gayapenulisannya tidak berkembang.
Sebaliknya, mereka yang telah terbiasa menulis akan lebih menyukai cara sederhana, seperti kata-kata maupun kalimat-kalimat supaya pembacanya mudah memahami. Beberapa kalangan berpendapat, orang yang pintar menulis itu bukan orang yang memiliki perbendaharaan kata yang luar biasa dan mampu menggunakan istilah-istilah ngetrend atau ala kebarat-baratan. Justru, orang-orang seperti itu sebenarnya memakai istilah tersebut untuk menutupi kekurangannya.
Sebaliknya, orang yang pintar menulis mampu membahas tema-tema serta berbagai persoalan pelik sekali pun dengan gayapenyajian yang bisa dipahami anak baru dapat membaca sekalipun. Hal ini berarti, ukuran menulis yang sempurna bukan hanya dilihat dari seberapa canggihnya penulis menyusun kata-kata hingga menjadi tulisan, tetapi bagaimana tulisannya mudah dicernah, mempengaruhi serta meyakinkan pembaca.
Melalui tulisan, Anda diajak untuk mengamati sesuatu secara lebih luas dan menggali lebih dalam ilmu pengetahuan. Misalnya, seseorang membuat tulisan biografi. Bagi mereka yang belum tahu, pasti menanyakan apa itu biografi, bagaimana ciri-cirinya dan apa yang ditulis disana. Dengan pengetahuan, kita akan dapat menjawab semua pertanyaan tersebut, persis seperti apa yang diketahui.
Dengan menulis, Anda juga diajak untuk menggali makna dari sebuah peristiwa. Bila sebuah peristiwa buruk terjadi, Anda pun dibawa untuk mencari penyebabnya. Dari penyebab yang satu akan mengarah ke penyebab lainnya. Sampai akhirnya ditingkat berikutnya Anda diajak untuk menemukan penyebab yang paling mendasar dari semua penyebab yang ada.
Dengan menemukan penyebab yang paling mendasar tersebut, tahapan selanjutnya Anda akan mengetahui persoalan secara global dan sistematis. Gambaran sebuah peristiwa, menentukan isi serta ketertarikan orang-orang untuk membaca tulisan itu.
Di dunia ini, yang dicari orang-orang tentunya hidup bahagia. Tidak ada orang yang tak ingin berbahagia. Semua menginginkan kebahagiaan. Dengan berbagai cara diraih. Namun tidak banyak orang yang memberikan peluang waktu, pikiran dan tenaganya mencari kebahagiaan dengan berbagi kepada orang lain, seperti keluarga maupun lingkungan sekitar karena alasan kurangnya waktu luang.
Melalui kata-kata yang Anda sampaikan, menulis bagian dari meraih kebahagiaan. Terlebih tulisan itu hingga menginspirasi dan menggugah hati pembaca, berarti apa yang telah Anda lakukan bermanfaat. Anda telah memberikan sesuatu kepada orang lain.  Apalagi, sampai mengubah hidupnya lewat tulisan, tentu akan membawa rasa bahagia.   
Dari gambaran tersebut, tentunya Anda dapat memetik hikmahnya dan menemukan satu manfaat besar dari kegiatan menulis. Dengan Anda menulis, otak terus di asa. Di asa dalam hal kepekaan terhadap berbagai peristiwa. Otak dan pikiran Anda dilatih untuk jeli dan cerdas melihat sebuah kejadian yang mungkin biasa maupun tidak biasa terjadi, mampu berpikir logis, menemukan berbagai hubungan sebab dan akibat serta melihat pelajaran yang bisa dipetik dari peristiwa sehari-hari di lingkungan kita.
Kata cerdas, sering diartikan sebagai proses kreatif untuk menuju pada pemikiran hebat, cerdik, logis, penuh inovasi dan kreatif. Sebagian orang dianggap cerdas jika dia mampu memecahkan berbagai persoalan dengan penuh kearifan, kebijaksanaan menentukan sikap serta melihat persoalan secara kritis dan bertangan dingin.
Untuk menjadi seorang yang cerdas tidak semudah memandang tingginya gunung didepan mata. Banyak orang yang cerdas dimuka bumi ini. Mereka meraih itu tak gampang. Paling tidak adanya pengakuan dari orang lain mengenai kecerdasannya. Mencapai puncak kecerdasan memerlukan beberapa proses yang harus dijalani. Bahkan, orang yang sudah melakukan proses itu belum tentu dianggap sudah cerdas. Seorang individu memiliki ide atau akal yang sangat cemerlang, tetapi kadang-kadang ia bisa saja cepat melupakan ide yang telah diperolehnya sebelum mewujudkannya.
Oleh sebab itu, salah satu upaya efektif sebaiknya Anda rajin untuk menuliskan ide-ide itu ke dalam sebuah tulisan. Dengan memanfaatkan tulisan yang ditulis, maka Anda akan merasa senang. Karena telah menemukan berbagai ide dan cara yang mungkin selama ini Anda miliki namun belum disadari sepenuhnya.
Dari sana, Anda akan merasakan kecerdasan itu akan muncul setelah banyak aktivitas menulis. Gerakkan tangan dan rangsang pikiran Anda untuk memunculkan ide-ide cemerlang dari menulis. Seringkali kita ingin menulis, tapi yang akan ditulis tidak tahu. Pikiran buntu. Apa yang ada dipikiran sulit diungkapkan ke dalam tulisan. Namun tanpa disadari terkadang setelah kita mengambil kertas dan pena maupun sedang berada didepan layar komputer/laptop/notebook muncullah ide-ide itu. Bahkan sesuatu yang belum pernah dipikirkan di benak kita seketika itu timbul.
Kita sering merasakan munculnya ide tersebut karena ada usaha untuk memainkan peran otak yang berpotensi dipercikkan dan dimunculkan dalam luapan alam pikiran. Hal ini sebenarnya logis. Jika otak diberi rangsangan untuk dikeluarkan, baik dengan menulis atau hanya berbicara, kadang ia akan muncul tanpa terlintas sebelumnya.  
Pikiran, sebetulnya keluar dari kepala kita sepanjang waktu. Gelombangnya berjalan dan mengikuti ritme kerja otak. Sering kali kita dihadapkan sebuah pemikiran yang aneh, tiba-tiba muncul didalam pikiran tanpa alasan yang jelas dan sebenarnya tidak digerakkan. Seolah tak sadar atau setengah sadar kita berada dalam sebuah pemikiran. Seperti itulah kira-kira gagasan tersebut muncul.
Dikaitkan dengan hal itu, sebetulnya tidak terlalu sulit untuk memunculkan ide-ide cemerlang tersebut bilamana Anda memberikan kesempatan dan waktu sedikit saja untuk menulis. Menulis apapun, walaupun tidak pernah terlintas apa yang seharusnya ditulis. Banyak tokoh menjadi besar dan terkenal dikarenakan kreativitasnya menulis sesuatu yang sebelumnya tidak atau belum pernah ada dan ini sebuah anugrah baginya.   
Share on Google Plus

About Unknown

0 komentar:

Post a Comment